Header Ads

Header ADS

Janji Sebelum Lahir - Nawa Ratri hari ke-8

BANDAR LAMPUNG – Kamis (1/8), bertempat di Pura Bhuana Shanti, Labuhan Dalam, Kota Bandar Lampung telah berlangsung persembahyangan Nawa Ratri yang ke-8 kalinya. Sekitar 96 krama adat Banjar Bhuana Shanti dan umat Hindu di Kota Bandar Lampung menghaturkan sembah bakti di hari yang khusus ini.



Persembahyangan di pimpin langsung oleh Pinandita I Dewa Made Raka beserta istri. “Memang hari ini terjadi penurunan jumlah umat yang menghaturkan sembah bakti, tetapi pelaksanaan Nawa Ratri ini harus berjalan terus, sampai tuntas di hari yang terakhir esok hari,” ucap Ketua Banjar Bhuana Shanti, I Gusti Putu Sudiarba.

Seperti pada hari-hari sebelumnya, kembali, sesepuh umat Hindu di Lampung, I Nengah Maharta, memberikan pencerahan kepada umat yang hadir pada persembahyangan kali ini. Menurut Mantan Ketua PHDI Provinsi Lampung, I Nengah Maharta, sesungguhnya kelahiran kita ke dunia ini karena kita memiliki janji. “Ada yang tahu janji Bapak/Ibu, setelah lahir ke dunia ini?,” tanya I Nengah Maharta kepada umat yang hadir. Ia menjelaskan ada tiga janji yang pernah Anda ucapkan sebelum terlahir ke dunia ini, yaitu:


  1. Samkhya Yoga. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan japa, meditasi dan yoga. Ketika kita lahir, kita memiliki 72 cakra. Tetapi oleh karena pengaruh hukum alam, panca mahabhuta, lingkungan maka cakra-cakra tersebut tertutup terkecuali ada 7 cakra yang masih dapat kita buka. Untuk membuka cakra-cakra inilah kita perlu melakukan kegiatan samkhya yoga ini melalui japa, meditasi dan yoga. Khusus untuk japa, I Nengah Maharta, mengingatkan agar kita tidak berganti-ganti japa. Japa yang Anda ucapkan harus tetap, baku dan japa mantramnya bisa menjadi japa yang diidolakan oleh umat. “Lakukan japa ini sebanyak 108 kali bukan 33 kali. Kalau sebanyak 33 kali, japa kita itu seperti air yang masih hangat kuku,” ujarnya.
  2. Berguru. Dalam Manawa Dharma Sastra, guru ini akan mengantarkan kita untuk mencapai moksa. Kata-kata guru terdiri dari dua suku kata yaitu gu-ru. Gu artinya menghilangkan Ru artinya kegelapan. Jadi guru itu berarti menghilangkan kegelapan. “Jika Bapak/Ibu tidak berguru sudah pasti tidak akan mencapai moksa,” ucap I Nengah Maharta. Menurutnya yang akan bertanggungjawab apakah seseorang itu akan mencapai moksa atau tidak adalah seorang guru. Jika kita hormat kepada ibu maka kedamaian di dunia akan kita dapat dan jika kita hormat kepada ayah maka kedamaian di sorga akan di dapat. “Namun jika Ibu dan ayah berguru maka mereka akan mendapatkan kedamaian di alam moksa,” tegasnya lagi. “Kita juga harus berguru untuk melakukan kegiatan samkhya yoga sebagaimana telah diuraikan sebelumnya,” ujar I Nengah Maharta lagi.
  3. Penebusan Dosa. Janji untuk melakukan penebusan dosa ini dapat dilakukan dengan cara melakukan puasa. “Anda bisa mengambil puasa ekadasi. Tanggal 11 Agustus 2019 ini akan ada puasa ekadasi,” ucapnya mengingatkan. Menurut tokoh umat Hindu di Lampung ini, jika kita tidak kuat untuk melakukan puasa secara lengkap maka Anda bisa melakukan puasa untuk tidak makan karbohidrat dan kacang-kacangan. “Anda bisa mengkonsumsi sayur dan buah,” ucapnya menjelaskan.



Selanjutnya, I Nengah Maharta, juga menjelaskan bahwa di jaman kaliyuga ini banyak sekali godaannya.
"Jika kita tidak berhati-hati kita akan terkena pengaruh jaman kaliyuga,” ucapnya. Apa saja pengaruhnya? Berikut ini adalah pengaruh dari jaman kaliyuga itu, yaitu: (1) kemarahan, (2) malas misalnya malas sembahyang, malas metanding banten, malas bangun pagi, dll (3) sial, (4) sesat misalnya berjudi, berselingkuh dan (5) frustasi dimana hidupnya resah, gelisah, galau, dll.


Nah, jika kita pernah memiliki janji sebagaimana diuraikan diatas, sudahkah kita memenuhi janji-janji itu? “Untuk itu, ayo kita penuhi janji-janji yang sudah pernah kita ucapkan sebelum kita terlahir ke dunia ini,” ajak I Nengah Maharta. Nah, bagaimana? Sudah siap memenuhi janji kita ini? Ayo, segera

No comments

Powered by Blogger.