Header Ads

Header ADS

Nawa Ratri - Hari Yang Istimewa untuk Umat Hindu

BANDAR LAMPUNG – Jum’at (26/7), masih dalam rangkaian Hari Raya Galungan yang jatuh pada Hari Rabu, 24 Juli 2019, Buda Kliwon Dungulan yang lalu, bertempat di Pura Bhuana Shanti sekitar pukul 18:00 WIB dilangsungkan persembahyangan oleh krama banjar Bhuana Shanti dan umat Hindu di Bandar Lampung. Hari Raya Galungan itu sendiri adalah sebuah rerahinan yang dirayakan oleh umat Hindu setiap 6 bulan sekali (210 hari), sebagai simbol kemenangan dharma (kebenaran) melawan adharma (kejahatan).


Persembahyangan ini acapkali disebut persembahyangan Nawa Ratri. Nawa berarti sembilan, ratri berarti khusus. Jika diterjemahkan secara bebas, Nawa Ratri mengandung makna “sembilan hari yang khusus”. Sembilan hari itu terhitung sejak H+1 dari Hari Raya Galungan itu. Itu artinya, sejak Hari Raya Umanis Galungan (25/7) dan berakhir H-1 (2/8) sebelum Hari Raya Kuningan yang jatuh pada Hari Sabtu, 3 Agustus 2019 yang akan datang.

Menurut Ketua Banjar Bhuana Shanti, I Gusti Putu Sudiarba, tradisi persembahyangan Nawa Ratri ini ia coba hidupkan kembali karena dalam beberapa Hari Raya Galungan sebelumnya sempat vacum. “Ini adalah momentum bagi kita sebagai umat Hindu karena pada saat 9 hari ini, dewa bhatara semua hadir di pura tanpa terkecuali. Jadi menurut saya, kehadiran beliau itu jangan di sia-sia. Seyogyakan kita menghaturkan sembah bakti secara khusuk dalam hari yang bersifat khusus ini,” ungkapnya menjelaskan.

Hal ini dibenarkan oleh salah satu sesepuh Banjar Bhuana Shanti, yang juga Wakil Ketua I Bidang Keagamaan dan Adat, I Made Sumandia, bahwasanya Nawa Ratri itu adalah benar-benar hari yang spesial. “Ketika para dewa dan bhatara pada turun kabeh, masa kita tidak melakukan sembah bakti. Di sinilah kita melakukan nyejer sampai Hari Raya Kuningan,” ujarnya menjelaskan.

Lebih lanjut, I Gusti Putu Sudiarba, menjelaskan bahwa gagasan terkait Nawa Ratri ini sudah ada sejak jaman kepemimpinan I Nengah Maharta di Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Prov Lampung. “Namun harus diakui bahwa tradisi persembahyangan Nawa Ratri ini memang belum begitu masif dilaksanakan di akar rumput. Ini memang masih menjadi PR kita agar tradisi ini benar-benar menjadi sebuah budaya yang indah,” tegasnya lagi.

Sekitar 50 warga Banjar Bhuana Shanti dan umat Hindu melaksanakan persembahyangan Nawa Ratri di hari yang ke-2 ini di Pura Bhuana Shanti. “Hari ke-2 ini sudah ada peningkatan jumlah umat yang hadir jika dibandingkan dengan hari sebelumnya. Saya harap besok (27/7) dan hari-hari selanjutnya, umat yang melakukan persembahyangan lebih banyak lagi. Seperti biasa kita akan laksanakan persembahyangan ini sekitar pukul 18:00 WIB,” ujar I Gusti Putu Sudiarba lagi.

Persembahyangan Nawa Ratri ini dipimpin oleh Sekretaris BP Pura Way Lunik , I Gede Darma Putra dan I Made Sumandia sendiri. Persembahyangan dilaksanakan dengan Puja Trisandya, Kramaning Sembah, Guru Puja, Japa, Meditasi dan Dharma Wacana.

Menurut Kitab Suci “Sarasamuccaya” Sloka 250, dijelaskan ada 4 pahala yang akan didapatkan oleh umat Hindu yang melaksanakan persembahyangan Nawa Ratri ini yang disebut dengan nama “Phala Bakti” yaitu:

1. Kerti = para leluhur dan para dewata akan selalu memuji dan selalu mendoakan umatnya agar selalu mendapatkan kebahagiaan (ananda) dan kedamaian (santih)
2. Ayusa = para leluhur dan para dewata akan menganugerahkan umur panjang, agar ia tidak banyak halangan dalam hidup ini
3. Bala = para leluhur dan para dewata akan menganugerahkan kekuatan fisik dan mental agar ide-ide dan gagasan-gagasannya menjadi sangat kuat dan selalu tepat
4. Yasa = para leluhur dan para dewata akan menganugerahkan kemakmuran agar dalam setiap berbuat selalu berguna dan membuat orang lain rahayu.
Nah, bagi Anda umat Hindu di manapun Anda berada, yuk ikut acara ini, melakukan persembahyangan Nawa Ratri di Pura Bhuana Shanti. Mari kita jaga tradisi persembahyangan ini dengan baik. Jika bukan kita yang melakukannya, lalu siapa dan jika bukan sekarang saat yang tepat, lalu kapan.

No comments

Powered by Blogger.